SebutkanJenis Jenis Aplikasi Komputer Untuk Administrasi Keuangan 21 July 2022 Hasilpenelitian menunjukkan unsur diksi Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono Layak sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMA terlihat dari isinya yang sesuai dengan karakteristik, pengalaman dan kebutuhan siswa SMA. Kata Kunci : Diksi, Puisi Selamat Pagi Indonesia, Bahan Ajar, Apresiasi Sastra Bacajuga: Kritik Sastra Puisi "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono. Jika dilihat, memang agak banyak repetisi kata semisal 'dalam doaku', kata menjelma, kata yang, kata ini, dan kata kau. Dalam sebuah puisi, repetisi kata terlebih jika kata itu menjadi judul, justru bisa mengurangi 'keapikan' puisi bila tidak digunakan dengan tepat. Dalamkegiatan tersebut, dirangkaikan pula dengan kegiatan "Selamat Pagi Puisi" dengan mendatangkan langsung Sapardi Djoko Damono sebagai pembicara yang dimoderatori Aslan Abidin pada Rabu-kamis (17-18/5) pukul WITA. InilahKumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko D.Selamat pagi dan jumpa kembali pada postigan ini, seperti judul diatas admin akan memberikan puisi Sapardi Djoko Damono, puisi yang kami berikan ini kami dapatkan dari beberapa sumber seperti media internet dan lain sebagainya. Nah buat anda yang kali ini sedang mencari dan membutuhkannya baik sebagai bahan referensi bagi anda untuk membuat puisi JUARA3 LOMBA PUISI FLS2N 2021 Tingkat Kecamatan Sambit Ponorogo . Puisi Sapardi Djoko Damonoselamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil menganggukdan menyanyi kecil pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalamkerja yang sederhana;bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dantanganku terlalu kurus untuk mengacu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,di mata para perempuan yang sabar,di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;kami telah bersahabat dengan kenyataanuntuk diam-diam suatu hari tentu kukerjakan sesuatuagar tak sia-sia kau ayam jantan menegak, dan menjeritkan salampadamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,merubuhkan kesangsian,dan menyusun batu-demi batu ketabahan, bentengkemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jamanyang megah,biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmuwajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,para perepuan menyalakan api,dan di telapak tangan para lelaki yang tabahtelah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pagi, Indonesia, seekor burung kecilmemberi salam kepada si anak kecil;terasa benar aku tak lain milikmuPuisi Sapardi Djoko Damono pernah dimuat di Majalah Basis Thn. XV - 4 Januari 1965 – Mungkin Kamu pernah dengar nama Sapardi Djoko Damono sebelumnya, entah itu di buku mata pelajaran sekolah bahasa Indonesia ataupun pernah mendengar nama beliau di Internet. Sebenarnya Sapardi Djoko Damono adalah salah satu pujangga terkemuka yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Biografi Sapardi Djoko Damono Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Kora Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal 20 maret 1940, dari pasangan suami istri Sadyoko dan Saparian. Sapardi Djoko Damono atau yang akrab dipanggil SDD singkatan dari namanya merupakan penyair populer Indonesia dengan predikat sebagai seorang sastrawan di angkatan 1970an. Karya puisi dari Sapardi Djoko Damono banyak mengandung unsur sederhana namun penuh dengan makna kehidupan, jadi tak mengherankan jika karya puisi beliau dikagumi khalayak umum maupun dikalangan sastrawan sekalipun. Pendidikan Sapardi Djoko Damono Sekolah SD di Kesatryan Keraton Surakarta. Sekolah SMP di Negeri 2 Surakarta lulus 1955 Sekolah SMA di Negeri 2 Surakarta lulus 1958. kuliah di bidang Bahasa Inggris Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra sekarang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kuliah di University of Hawaii, Honolulu, Mengambil program doktor di Fakultas Sastra UI lulus 1989 Penghargaan Sapardi Djoko Damono Cultural Award Australia, 1978, Anugerah Puisi Putra Malaysia, 1983, SEA Write Award Thailand, 1986, Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990, Kalyana Kretya dari Menristek RI 1996, Achmad Bakrie Award Indonesia, 2003, ASEAN Book Award 2018. Kehidupan pribadi Sapardi Djoko Damono Sapardi Djoko Damono menikahi wanita yang bernama Wardiningsih, yang mana di pernikahan tersebut pasangan ini mendapatkan 2 orang anak, putra dan putri. Sapardi Djoko Damono mengalami penurunan fungsi organ sehingga Beliau dibawa ke rumah sakit Tangerang Selatan. Sapardi Djoko Damono pun dinyatakan meninggal di rumah sakit Eka BSD, Tangarang Selatan, pada pukul pada tanggal 19 juli 2020. beliau menutup umur pada umur 80 tahun dan meninggalkan sejumlah karya-karya puisi hebat. Erwin Pratama berhasil mengumpulkan kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang terbaik. 1. Puisi Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono PADA SUATU HARI NANTI Pada suatu hari nanti, Jasadku tak akan ada lagi, Tapi dalam bait-bait sajak ini, Kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, Suaraku tak terdengar lagi, Tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati, Pada suatu hari nanti, Impianku pun tak dikenal lagi, Namun di sela-sela huruf sajak ini, Kau tak akan letih-letihnya kucari. Makna Puisi Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono Puisi ini pada dasarnya adalah sebuah harapan dari Penyair Sapardi Djoko Damono. Jika suatu hari nanti penyair Sapardi Djoko Damon sudah meninggal, Penyair ingin menemani para pembacanya dengan bait-bait puisinya. Umur manusia memang terbatas, namun karya-karya puisi dari Sapardi Djoko Damono akan terus abadi dan dikenang selamanya. 2. Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono AKU INGIN — Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu – Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada Makna Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono Penyair Sapardi Djoko Damono ingin mencintai wanita pujaannya dengan sederhana. Mencintai seseorang bukan hanya sekedar dari kata-kata maupun ucapan. Melainkan mencitai seseorang dengan perbuatan yang tulus dan ikhlas. Kata-kata manis cinta hanyalah omong kosong jika dibandingkan dengan perbuatan yang nyata demin orang orang yang Kita cintai. 3. Puisi Dalam Doaku Karya Sapardi Djoko Damono DALAM DOAKU — Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara – Ketika matahari mengambang diatas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana – Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu – Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku – Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku – Aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu Makna Puisi Dalam Doaku Karya Sapardi Djoko Damono Penyair Sapardi Djoko Damono senantiasa berdoa dan beribadah kepada Tuhan dari subuh, siang dhuhur, sore asar, maghrib, dan malam isya. Penyair menganggap Tuhan sebagai cahaya yang menerangi hamba-hambanya. Tuhan yang dapat mendengar keluh kesah hamba-hambanya. Tuhan yang sesuatu dapat menyejukkan hati hamba-hambanya. Tuhan yang selalu dekat di hati hamba-hambanya yang mau beriman. Terakhir, Penyair berdoa dari subuh, dhuhur, asar, maghrib, isya, untuk keselamatan orang yang dicintainya. 4. Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono HUJAN BULAN JUNI — tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu – tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu Makna Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Secara garis besar, puisi ini mengisahkan kesabaran dan ketabahan tentang rasa cinta kepada seseorang yang dicintai. Kata “hujan” disini diartikan sebagai “perasaan cinta” atau “perasaan rindu”. Sedangkan kata “pohon bunga” diartikan sebagai ” seorang kekasih. Musim kemarau biasanya terjadi di bulan juni, sehingga sudah pasti tidak akan ada hujan di bulan juni. Jika seumpama ada hujan di bulan Juni, maka hujan tersebut sudah pasti akan dirindukan oleh pohon dan bunga. Penyair Sapardi Djoko Damono dengan tabah merahasiakan kerinduannya kepada kekashihnya. Dengan bijak, Penyair berusaha menghapus perasaan cintanya karena perasaan ragu-ragu yang diakibatkan oleh perbedaan bisa prinsip maupun agama. Akhirnya penyair memutuskan untuk diam tidak mengungkapkan perasaannya tersebut. 5. Puisi Yang Fana Adalah Waktu Karya Sapardi Djoko Damono YANG FANA ADALAH WAKTU — Yang fana adalah waktu. Kita abadi Memungut detik demi detik, Merangkainya seperti bunga Sampai pada suatu hari Kita lupa untuk apa – Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?’ tanyamu. Kita abadi Makna Puisi Yang Fana Adalah Waktu Karya Sapardi Djoko Damono Kita mengaggap bahwa waktu hidup Kita abadi. Atau Kita menggap kalau Kita akan hidup selamanya. Namun itu salah. Waktu Kita habiskan untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, hingga akhirnya Kita sadar jika Kita melakukan sesuatu yang tidak berguna tersebut untuk apa? Yang ada hanyalah kerugian karena membuang-buang waktu. Ingat, Waktu hidup Kita di dunia ini hanyalah sementara, jadi manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk sesuatu yang bermanfaat. 6. Puisi Selamat Pagi indonesia Karya Sapardi Djoko Damono SELAMAT PAGI INDONESIA — selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal. selalu kujumpai kau di bawah anak-anak sekolah, di mata para perempuan yang sabar, di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan; kami telah bersahabat dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu. pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku. seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya. aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan, merubahkan kesangsian, dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah, biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat, para perempuan menyalakan api, dan di telapak tangan para lelaki yang tabah telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura. selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil memberi salam kepada si anak kecil; terasa benar aku tak lain milikmu Makna Puisi Selamat Pagi indonesia Karya Sapardi Djoko Damono Secara keseluruhan, puisi ini menceritakan tentang pengabdian kepada Indonesia, dengan cara bekerja orang dewasa atau dengan cara bersekolah anak-anak. Di suatu pagi, saat burung berkicau. Aku penyair bersiap mengenakan sepatu untuk berangkat kerja. Seperti rutinitas di pagi hari, ada para lelaki yang sedang bekerja, ibu-ibu memasak, dan anak-anak berangkat sekolah, itu bukti karena Mereka mencintai Indonesia. Suatu hari jika ada waktu luang Akau akang mengerjakan sesuatu agar Ibu pertiwi tidak sia-sia melahirkanku. Memang terasa benar, Aku tak lain adalah milik Indonesia. Perahu Kertas Karya Karya Sapardi Djoko Damono PERAHU KERTAS — Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. – “Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu. Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya, “Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit” Makna Puisi Perahu Kertas Karya Karya Sapardi Djoko Damono Secara garis besar puisi ini melambangkan keimanan seseorang dari kecil hingga dewasa, yang tulus dan ikhlas dalam beribadah kepada Tuhan. Walaupun Kita akan digoda dan dihanyutkan oleh gemerlap dunia yang berwarna-warni, namun jika Kita memiliki keimanan yang teguh, hal itu tidak masalah, karena keimanan/agama akan menyelamatkan Kita kemanapun Kita pergi di dunia ini. Selain itu di puisi ini juga menggambarkan cerita Nabi Nuh tentang membuat kapal raksasa untuk menyelamatkan umatnya dari banjir besar. 8. Puisi Menatap Merah Putih Karya Sapardi Djoko Damono MENATAP MERAH PUTIH — Menatap merah putih Melambai dan menari-nari di angkasa Kibarannya telah banyak menelan korban nyawa dan harta benda Berkibarnya merah putih Yang menjulang tinggi di angkasa Selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya dan tetesan air matanote – Dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan Untuk mengibarkan merah putih harus diawali dengan pertumpahan darah Pejuang yang tak pernah merasa lelah untuk berteriak Merdeka! – Menatap merah putih Adalah perlawanan melawan angkara murka Membinasakan penindas dari negeri tercinta Indonesia Menatap merah putih Adalah bergolaknya darah demi membela kebenaran dan azasi manusia Menumpas segala penjajahan di atas bumi pertiwi – Menatap merah putih Adalah kebebasan yang musti dijaga dan dibela Kinarannya di angkasa raya Berkibarlah terus merah putihku dalam kemenangan dan kedamaian Makna Puisi Menatap Merah Putih Karya Sapardi Djoko Damono Menatap bendera Indonesia yang berwarna merah putih, yang berkibar di atas tiang. Dahulu kala, untuk bisa mengibarkan bendera merah putih kemerdekaan, memerlukan banyak nyawa pejuang dan harta benda. Sekarang indonesia telah merdeka, Dalam kegiatan upacara nasional, bendera Indonesia selalu dikibarkan sambil menyanyikan lagu Indonesia raya. Menatap bendera merah putih adalah simbol hormat dari para pejuang yang telah memerdekaan Indonesia dari penjajah yang keji. Indonesia tanah air ini harus selalu dijaga dan dibela agar bendera mereah putih dapat terus berkibar. 9. Puisi Saja Kecil Tentang Cinta Karya Sapardi Djoko Damono SAJAK KECIL TENTANG CINTA — Mencintai angin harus menjadi siut Mencintai air harus menjadi ricik Mencintai gunung harus menjadi terjal Mencintai api harus menjadi jilat Mencintai cakrawala harus menebas jarak Mencintai-Mu harus menjelma aku MaknaPuisi Saja Kecil Tentang Cinta Karya Sapardi Djoko Damono Puisi ini menggambarkan jika Kita mencintai sesuatu, maka Kita harus menjadi bagian dari sesuatu yang dicintai. Atau jika Kita mencintai sesuatu Kita harus mengetahui dan menghadapi segala resiko atau keadaan. Contohnya adalah Jika Kita mencintai gunung, maka kita harus mengatasi bagian yang terjal dari gunung tersebut. Jika Kita mencintai cakrawala, maka Kita harus berani menerjang jarak yang akan dilalui. Dan terakhir, Jika Kita mencintai seseorang, maka Kita harus menjadi diri sendiri. Kita harus mengenali Diri sendiri sebelum mengenali orang lain. 10. Puisi Sajak Tafsir Karya Sapardi Djoko Damono SAJAK TAFSIR — Kau bilang aku burung? Jangan sekali-kali berkhianat kepada sungai, ladang, dan batu. Aku selembar daun terakhir yang mencoba bertahan di ranting yang membenci angin. Aku tidak suka membayangkan keindahan kelebat diriku yang memimpikan tanah, tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku ke dalam bahasa abu. Tolong tafsirkan aku sebagai daun terakhir agar suara angin yang meninabobokan ranting itu padam. Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat untuk bisa lebih lama bersamamu. Tolong ciptakan makna bagiku, apa saja — aku selembar daun terakhir yang ingin menyaksikanmu bahagia ketika sore tiba. Makna Puisi Sajak Tafsir Karya Sapardi Djoko Damono Secara total puisi ini menceritakan tentang penyair yang ajalnya sudah dekat. Daun terakhir yang mencoba bertahan di ranting memiliki makna sebagai ajal yang sudah dekat, mencoba bertahan hidup dari kematian yang akan datang. Kamu bilang Aku penyair sebebas burung yang masih dapat pergi kemana saja? Jangan berdusta, Aku bersaksi kepada apapun, kalau ajalku semakin dekat, Aku mencoba bertahan di walau sudah diujung tanduk, Aku benci yang mempercepat kematianku penyakit. Aku tidak suka membayangkan kalau diriku adalah orang hebat, namun kenyataannya masa depanku adalah di tanah kuburan. Tolong mengertilah jika ajakku akan dekat. Yang Aku inginkan hasrat, adalah untuk bisa lebih lama bersamamu, dan Aku ingin menyaksikanmu bahagia sampai kematianku kan tiba.

puisi selamat pagi indonesia sapardi djoko damono